Thursday, February 12, 2015

Diriku

Selama ini aku merasa tidak wajar. Aku tidak suka bergaul dengan teman - teman dan membicarakan hal - hal yang menurutku tidak perlu. Atau tepatnya berkumpul dan bercanda itu melelahkan. Aku merasa ada yang salah tiap kali aku menimbang untung dan rugi dalam hal apapun. Bahkan ketika aku mencari kekasih. Semua orang berbicara ketulusan, sedangkan aku membutuhkan alasan atau imbalan yang jelas tiap kali aku melakukan sesuatu. Bagiku masa depan itu tidak penting,aku hidup di masa ini. Dan aku tidak mau dengar kisah fiksimu! Aku tidak akan menghormatimu sampai kamu membuktikan kualitasmu padaku. Aku seorang serigala tunggal. Aku tidak peduli pada perasaan. Emosi hanyalah bagian kecil dari manusia yang menghambat langkah - langkah besar. Aku percaya manusia saling mencuri satu sama lain. Apakah aku orang baik? Atau aku orang jahat? Aku tidak tahu lagi selama tujuanku tercapai. Orang tuaku membawaku ke lembaga test sidik jari hari ini. Untuk pertama kalinya dalam hidupku beban ini terangkat, Seorang professor mendengar ceritaku dan ia berkata, "Kamu terlahir dengan intelegensi sensing introvert, Tak ada yang salah dengan itu"

Ajip rosidi

Ajip Rosidi adalah sastrawan Indonesia, penulis, budayawan, dosen, pendiri, dan redaktur beberapa penerbit, pendiri serta ketua Yayasan Kebudayaan Rancage. Singkatnya, ia tokoh besar Indonesia di bidang tulis-menulis. Ajip Rosidi mulai menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956). Saat di SMA tersebut, Ajip menolak ikut ujian karena waktu itu beredar kabar bocornya soal-soal ujian. Dia berkesimpulan bahwa banyak orang menggantungkan hidupnya kepada ijazah. “Saya tidak jadi ikut ujian, karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”. Dan itu dibuktikan dengan terus menulis, membaca dan menabung buku sampai ribuan jumlahnya. Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu di Jepang, Dia yang tidak punya ijazah SMA , pada usia 29 tahun diangkat sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Lalu jadi Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai pensiun. Sumber : http://noelcatatanseorangjomblo.blogspot.com/2012/12/kisah-inspirasi-5-tokoh-indonesia-ini-sukses-tanpa-ijazah.html

Sunday, February 8, 2015

Purity Ring

"Free sex itu kan budaya orang barat" Mungkin anda pernah mendengar kalimat ini terlontar di Indonesia. Free sex atau seks bebas berarti melakukan hubungan seks dengan seseorang atau siapapun yang belum menjadi pasangan hidup anda secara resmi, dalam artian menikah. Seks bebas juga dapat dilakukan dengan siapa saja, bahkan dengan seseorang yang tidak memilki status dengan anda. Lucunya, beberapa orang akan menyalahkan budaya barat seputar free sex ini. Apakah salah ? Memang film film luar Indonesia khususnya Barat menonjolkan adegan adegan erotis di beberapa bagian, tapi, tahukah anda bahwa orang Barat memiliki budaya Purity Ring sebagai tanda perjuangan mereka demi mencegah seks bebas. Purity Ring adalah cincin yang dikenakan wanita atau pria muda sebagai simbol bahwa mereka berjanji akan menjaga keperawanan mereka sampai hari mereka akan menikah. Budaya ini telah berlangsung sejak tahun 1990, ketika administrasi pemerintah mengusulkan hal ini guna mencegah STD ( Sexual Transmitted Disorder ) atau penularan penyakit kelamin. Bagi seorang gadis, umumnya akan diadakan pesta dansa dengan ayahnya lalu mengucapkan sumpah dan mengenakan purity ring di jari manis, dan nantinya akan digantikan dengan cincin pernikahan di hari yang akan datang. Purity Ring dapat dikenakan oleh gadis yang memang masih perawan atau wanita yang sudah tidak perawan tapi telah lelah dengan pasangan yang silih berganti. Pada hakikatnya, semua manusia itu sama. Dimanapun mereka tinggal, emosi dasar yang dimiliki tak jauh berbeda. Seorang Ayah pada umumnya tak rela melihat gadis kecilnya dimiliki pria sembarangan hanya untuk dinikmati semalam. Seorang pria akan lelah dengan wanita yang silih berganti, hanya mendapat enaknya, tapi tidak pernah merasakan cinta yang sesungguhnya. Purity ring diciptakan berdasarkan kesadaran emosi - emosi bahwa seks memang nikmat dunia, tapi akan ada satu titik dimana manusia akan terlalu lelah dan bagi orang tua, tidak ingin anaknya merasakan kejenuhan tersebut atau melepaskan rasa cinta itu pada orang yang salah. jika anda ingin menyalahkan orang barat akan adanya seks bebas, mungkin anda harus berpikir ulang.

Friday, February 6, 2015

Neraka sesungguhnya

Aku bangun di saat semua orang bersiap - siap untuk makan siang. Meregangkan tubuhku dan akhirnya memutuskan untuk bangun ketika jam sudah melewati angka dua belas. Selalu begitu setiap hari. Merenung. Diam menatap keluar. Hanya menatap tidak ada pikiran. Hidup dari warisan orang tuaku. 2 milyar cukuplah untuk biaya 20 tahun kedepan kalau gaya hidupku seperti ini terus. Makan sederhana di warteg, memilih kos tanpa perabotan apapun, sisanya dihabiskan dengan jalan jalan dan ziarah ke makam orang tuaku. Sebulan sekali aku membayar seseorang untuk membersihkan kamarku. Datar... Tanpa pikiran. Tanpa masalah. Tidak ada yang marah marah padaku, atau menegurku karena aku memang tidak pernah membuat masalah. Tidak ada yang repot repot mengangguku karena dari penampilan saja aku tidak menarik untuk diganggu. Tidak ada yang mengajakku berkenalan, hah... Bagi orang - orang keberadaanku tidak terlihat. Secara keseluruhan aku memang baik baik saja. Lapar tidak, rumah ada. Hanya saja... Aku merasa.. Dosa terbesarku adalah.. Aku membuang waktuku cuma - cuma dan aku tahu itu Tapi aku terlalu malas untuk keluar dari kondisi ini. Inilah neraka sesungguhnya. by : Lala Harleta

Thursday, February 5, 2015

Dia, Zebaeda.

Oleh : Taralila Kala itu langit tengah menangis sedih dan menjatuhkan air matanya di atas karpet tanah yang sudah sobek dan retak tak karuan. Sama halnya dengan hati gadis yang sedang diguyur rasa gundah gulana yang berkecamuk dalam benaknya, meratapi kegundahannya di sisi jendela. Nama gadis itu Zebaeda, panggilan akrab untuk ia adalah Ze, ia saat ini duduk di bangku kelas tiga SMA. “Ting..tong..ting..tong..” Bel sudah menjerit tanda pelajaran akan dimulai. Kini suasana sekolah sudah tenang, dan saat itu kelas Zebaeda sedang belajar matematika Pak Khafi. yang gurunya terkenal akan motivasinya kepada siswanya untuk terus berusaha keras agar bisa melanjutkan ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Ketika Ze pulang sekolah, ia selalu terngiang dalam benaknya kata-kata sang guru “Kalian itu kalau ingin lulus SNMPTN, pintar saja tidak cukup!!! Tapi kalian juga harus cerdas dan cerdik mengambil peluang.” Kata-kata itu yang menemani langkah pulang Ze. “Assalamu’alaikum.” Ia tiba di rumah. “Wa’alikumsalam, Ze sudah pulang?.” Ibunya menyahut Ze langsung menuju kamarnya bergegas membersihkan dirinya, setelah itu itu mencoba berdiskusi kepada kedua orangtuanya perihal kelanjutan pendidikan ia yang sudah harus ia hadapi. “Ze, kuliah dimana baiknya menurut Ibu sama Bapa.?” Ia memulai pembicaraan. “Untuk urusan itu, Bapa sama Ibu serahkan sama Ze keputusannya.” Ibunya bilang “Jadi Ibu Bapa setuju-setuju aja sama pilihan Ze.?” Ia menegaskan “Iya Ze.” Ibunya meyakinkan. Hati Ze tenang mendengar keputusan Ibu dan Bapanya, UN telah ia capai. Dan saat ini ia sebentar lagi mengahadapi ratusan juta manusia berebut untuk mendapatkan PTN. Try out demi try out ia hadapi, soal yang Pak Khafi berikan untuknya perlahan-lahan ia kerjakan dengan serius. Kata-kata yang keluar dari mulut Pak Khafi ia tanamkan dalam hati “Ingat, kalian harus pintar mencari peluang! Harus cerdas memilih jurusan, jangan selalu tergoda akan jurusan favorit, tidak semua jurusan itu bisa cocok untuk kalian! Semua jurusan itu baik tidak ada yang tidak baik.” Hari mendebarkan itu tiba, Ze berangkat dengan niat sungguh-sungguh dan dibekali restu orangtua juga keringat belajarnya ia berjuang. Soal-soal SNMPTN ia lahap sebisa otaknya berpikir. Dan ia tinggal menunggu hasil keringatnya itu. Sekian lama menunggu, pengumuman itu tiba. Tapi Ze tidak berani membuka hasilnya sampai keesokan harinya. “Kukuruyuk....kukuruyuk...” Para ayam sudah berceloteh ria di pagi hari Ze terbangun dengan mengusap kedua matanya, ia langsung mencari handphone yang biasa ia gunakan, barangkali ada temannya yang memberi informasi tentang kelulusanku. “ 5 pesan diterima.” Tulisan di hpnya Dan ia langsung lompat kegirangan setelah mengetahui bahwa ia lulus SNMPTN di pilihan ke-2 yaitu di Malang. To Be Continued..... AKANKAH ZEBAEDA BAHAGIA SETELAH ITU? APAKAH SEBALIKNYA, IA AKAN MENDERITA !!!

Monday, February 2, 2015

Pelajaran pertama ayah

Aku lahir di antara orang orang berdasi hitam rapih. Semua orang memanggilku tuan muda dan memujaku. Tak satupun dari mereka menentang perkataanku. Ayahku tidak pernah berbicara banyak, ia hanya memberikan apa yang aku minta. Kadangkala aku berpikir bahwa ayahku bukan orang yang jahat tapi kenapa kerap kali tamu asing berkunjung mereka menangis di hadapan ayahku, memanggilnya dengan nama - nama hewan serta berontak. Apakah begitu cara orang dewasa berkomunikasi ? Tapi kenapa ayah tidak pernah sekalipun membalas ? Ayah hanya mengangkat tangan kirinya keatas dan benda aneh bersuara keras akan membungkam mulut orang - orang tersebut. Dan selalu saja kakak kakak berbaju hitam menyeret tubuh tak bergerak itu keluar. Aku tidak pernah paham. Waktu demi waktu kuhabiskan bersama pria yang kupanggil paman. Badannya tinggi, rambutnya panjang, sedikit berbeda dengan ayah, paman selalu tersenyum. Aku suka sekali dengan paman. Umurku enam tahun sekarang, aku belajar banyak dari paman. Paman mengajariku naik sepeda, bermain pisau, main dorong - dorongan, mengajariku mengerti huruf huruf di buku orang dewasa, beliau bahkan mengajariku cara berkata R yang benar. Ayah tidak pernah mengajariku hal hal tersebut. Bukan, Ayah tidak pernah mengajariku apapun. Suatu malam aku berlari - lari kecil membawa pisau di saku sampingku untuk dimainkan bersama paman. Paman bilang ia akan mengajarkanku cara menusuk yang baru. Aku tidak paham kenapa aku suka pisau, aku hanya suka. pisau ini hadiah dari paman. Kata paman anak laki laki harus tahu cara membela diri, meskipun aku tidak terlalu paham apa yang harus dibela. Tiba tiba kudengar teriakan dari ruangan Ayah. Teriakan paman! Apa paman sedang mengobrol dengan ayah karena beliau menggunakan bahasa binatang. Aku bersemangat sekali menuju kamar ayah. Jangan - jangan malam ini aku bisa bermain bersama ayah dan paman. Pasti mengasyikkan. Beruntung pintu ruangan terbuka! jadi aku lebih mudah masuk, tidak usah dibantu! "Paman! main yuk!" Sorakku masuk, tapi pemandangan pertama yang aku lihat adalah paman berlumuran cairan berwarna merah di pundaknya, ia menahannya kuat - kuat dengan tangannya, seolah olah paman tidak ingin cairannya keluar lebih banyak. Di baliknya terlihat ayah duduk tenang tanpa ekspresi dengan mengangkat tangan kirinya seperti yang biasa ia lakukan, dan kakak di sebelah ayah memegang benda aneh itu. Paman melihat ke arahku dengan pandangan aneh, tapi membuatku takut. Mata paman melebar seolah bertahan untuk tetap sadar. Kakak kakak baju hitam meneriaku untuk lari ketika paman berlari ke arahku, entah kenapa badanku tak mau bergerak, dan paman menangkapku. "JANGAN MENDEKAT!" paman berteriak sangat keras, genggamannya pun bertambah erat sampai aku meringis. "KALAU MENDEKAT ANAK INI AKAN KUBUNUH !!!" Bunuh ? apa madsud paman ? Ayah hanya memandangi aku dengan sorot mata dingin. apa yang terjadi ? "Paman..membunuh itu artinya manusia tidak akan bergerak lagi kan ?" tanyaku memecah keheningan. "Paman bilang orang membunuh karena mereka tidak ingin keberadaan orang yang dibunuh. Apakah paman tidak suka denganku ?" Aku menatap paman meminta kejelasan. Paman terdiam sejenak lantas tertawa keras, pisau yang digenggamnya makin menempel. "Tentu saja aku tidak pernah suka denganmu, nak! kamu ini polos sekali!" Untuk pertama kalinya aku merasakan sakit di dadaku, "Kamu membunuh kakak perempuanku satu - satunya ketika melahirkanmu! dan sekarang aku harus berada di bawah perintah laki - laki tak punya hati! Laki - laki yang mewariskan darahnya padamu! Darah hina! Dengar, aku mengajarimu macam - macam hal supaya kalau dewasa nanti kamu bisa menyingkirkan ayah busukmu! Sayang, ayahmu tahu duluan sehingga aku tak bisa mengisi kenangan - kenangan indah bersamamu !" Aku tercengang mendengar perkataan paman. Meskipun aku tidak begitu paham, tapi entah mengapa rasanya dadaku bergemuruh. Sesuatu mendesak dalam diriku, sangat cepat, meluap - luap. Aku tidak suka paman. Hanya itu yang aku pikirkan. Tanpa sadar aku mencabut pisau di kantong sampingku dan menusukkannya pada paman. Aku yakin pasti sakit, paman pernah menggores jariku saat bermain dengan pisau dan rasanya tak tertahankan. Paman berteriak kesakitan, "ANAK KURANG AJAR" Aku mundur beberapa langkah, berdiri menyaksikan paman berlutut seperti anjing penjaga rumah ini. Paman mencabut pisau dari lututnya, hendak berdiri.aku penasaran apa yang akan dilakukannya, tapi suara keras yang biasa kudengar menggema. Cairan merah darah keluar dari dahi paman dan ia tersungkur. Tangannya bergetar tapi paman tidak bergerak bebas. Aku melihat ke belakang, ayah memegang benda aneh yang biasanya hanya dipegang kakak kakak berdasi hitam. Kami berpandangan, pertanyaan pertama ayah kepadaku terlontar dari mulutnya, "Bagaimana perasaanmu ?" "Aku tidak suka paman. Aku ingin paman pergi karena paman berkata tidak sesuai biasanya. Paman bilang paman sayang aku" Kataku datar dan lantang. Ayah tersenyum kepadaku. Selama bertahun - tahun baru kali ini ia tersenyum. "Perasaan yang kamu rasakan sekarang, disebut pengkhianatan" Itulah pelajaran pertama yang aku dapat dari ayah. Pengkhianatan.