Friday, February 6, 2015

Neraka sesungguhnya

Aku bangun di saat semua orang bersiap - siap untuk makan siang. Meregangkan tubuhku dan akhirnya memutuskan untuk bangun ketika jam sudah melewati angka dua belas. Selalu begitu setiap hari. Merenung. Diam menatap keluar. Hanya menatap tidak ada pikiran. Hidup dari warisan orang tuaku. 2 milyar cukuplah untuk biaya 20 tahun kedepan kalau gaya hidupku seperti ini terus. Makan sederhana di warteg, memilih kos tanpa perabotan apapun, sisanya dihabiskan dengan jalan jalan dan ziarah ke makam orang tuaku. Sebulan sekali aku membayar seseorang untuk membersihkan kamarku. Datar... Tanpa pikiran. Tanpa masalah. Tidak ada yang marah marah padaku, atau menegurku karena aku memang tidak pernah membuat masalah. Tidak ada yang repot repot mengangguku karena dari penampilan saja aku tidak menarik untuk diganggu. Tidak ada yang mengajakku berkenalan, hah... Bagi orang - orang keberadaanku tidak terlihat. Secara keseluruhan aku memang baik baik saja. Lapar tidak, rumah ada. Hanya saja... Aku merasa.. Dosa terbesarku adalah.. Aku membuang waktuku cuma - cuma dan aku tahu itu Tapi aku terlalu malas untuk keluar dari kondisi ini. Inilah neraka sesungguhnya. by : Lala Harleta

0 comments :

Post a Comment